Negara Ini Terancam Tenggelam, Warganya Ramai-ramai Kabur ke Australia


Jakarta, CNN Indonesia

Salah satu negara kepulauan di pasifik yang terancam tenggelam karena krisis iklim membuat warganya ramai-ramai kabur ke Australia.

Tuvalu terancam tenggelam karena permukaan air laut yang terus naik sementara ukuran pulau itu relatif kecil. Atol karang dataran rendah Bahkan kian terancam gelombang laut yang membesar.



ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dua dari sembilan atol sebagian besar lenyap ditelan gelombang. Para Ahli mewanti-wanti dalam waktu sekitar 80 tahun Tuvalu tak bisa dihuni lagi karena beberapa pulau terendam atau terkikis parah, demikian dikutip International Business Times, Juni lalu.

Penduduk negara tersebut pun ramai-ramai berusaha melarikan diri dengan pindah ke Australia.

Australia memang Menyajikan visa bagi warga Tuvalu yang ingin pindah dalam skema kesepakatan iklim dan migrasi (clime and migration agreement) yang diteken pada 2024. Langkah ini Bahkan sebagai tanggapan atas bencana yang mengancam itu.

Melalui skema itu, warga Tuvalu bisa belajar, bekerja, dan tinggal di Australia mulai Juli 2025.

Lebih dari 3.000 warga Tuvalu atau sepertiga dari total penduduk mengajukan pembuatan visa tersebut. Justru, Australia hanya membuka 280 orang per tahun.

Sampai saat ini Saat ini Bahkan belum ada pembahasan resmi soal penambahan atau pengurangan slot bagi warga Tuvalu yang ingin pindah ke Australia karena ancaman pulau yang tak bisa dihuni.

Upaya migrasi massal itu menyoroti bahaya mendesak yang ditimbulkan Pergantian Iklim terhadap pulau paling rentan di dunia.

Di luar ancaman tenggelam, perekonomian di Tuvalu Bahkan rapuh. Negara ini tak punya sumber daya mineral yang signifikan dan Perdagangan Keluar Negeri pun terbatas.

Kegiatan ekonomi utama meliputi pertanian subsisten dan perikanan yang sangat bergantung pada kondisi alam.

Ditambah lagi, tanah di Tuvalu Bahkan buruk dan mereka kekurangan infrastruktur untuk Membantu industri atau pariwisata skala besar.

Tuvalu selama ini bergantung pada bantuan internasional untuk menjaga layanan dasar tetap berjalan.

(isa/dna)


Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA

Exit mobile version