Jakarta, CNN Indonesia —
Pada platform LinkedIn, Gen Z yang Baru saja beramai-ramai mencari kerja ramai menggunakan banner atau tagar #Desperate Supaya bisa dilirik pemberi kerja.
LinkedIn selama ini dikenal sebagai platform untuk berjejaring secara profesional. Anda Bahkan dapat Menyajikan kemampuan dan pengalaman sehingga bisa ‘terjaring’ pemberi kerja.
Umumnya, orang menggunakan banner #OpentoWork atau terbuka untuk bekerja. Tidak seperti, tren yang beredar di kalangan Gen Z, mereka menggunakan banner #Desperate alias putus asa.
“LinkedIn Merupakan platform yang dibuat untuk berjejaring dan terhubung dengan orang lain, dan kami melakukannya karena itu Berniat Membantu kami dalam beberapa hal,” ujar Courtney Summer Myers, desainer spanduk, dalam wawancara dengan Fortune, seperti dikutip dari NY Post.
Banner dengan mudah terlihat di foto profil pemilik akun LinkedIn disertai latar berwarna pink cerah.
Hanna McFadyn (22), ilustrator dan desainer, memutuskan memakai banner itu pada foto profil akunnya. McFadyn bercerita, dirinya memasukkan lamaran ke 20 lowongan per hari.
Para pemberi kerja sering tidak menanggapi lamarannya. Kemudian, saat ada yang menanggapi, ia hanya dipuji tanpa ditawari posisi.
Meski memakai logo #Desperate untuk mendapatkan simpati dari pemberi kerja, ia tidak lantas menerima tawaran apa pun yang diberikan perusahaan.
“Kami masih cukup Kepercayaan Diri untuk memberi tahu perekrut: ‘Dengar, kami tahu kami putus asa, tetapi kami tidak Berniat dipermainkan karena label itu’,” tambahnya.
Banyak Gen Z yang merasa senasib dengan McFadyn. Terbukti, banner yang dibuat Myers menuai lebih dari 400 ribu reaksi dan komentar soal nasib mereka.
Elena Carballo yang belum lama ini kehilangan pekerjaan mengungkap tidak masuk akal saat pemberi kerja tidak mencoba berkomunikasi dengan kandidat pekerja yang pasang banner #OpentoWork.
“Ini paradoks,” kata Carballo.
(els/asr)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA