Review Layar Lebar: Devils Stay

Jakarta, CNN Indonesia —

Devils Stay Kemungkinan salah satu contoh nyata dari awal yang baik belum Jelas Berniat berakhir dengan baik. Dibuka dengan menjanjikan, Layar Lebar ini seiring berjalan membuat saya terus bertanya-tanya apa yang Kenyataannya saya tonton.

Layar Lebar yang digarap oleh Hyun Moon-sub ini Kenyataannya dibuka dengan dramatis, dan langsung menampilkan pertarungan dalam Layar Lebar eksorsisme dan performa dari Lee Min-ki dan Park Shin-yang.

Untuk sesaat, saya merasa terkesan dari bagaimana Layar Lebar ini ditampilkan. Saya yang belum pernah mendengar rapalan doa ritual eksorsisme dalam bahasa Korea pun bersemangat menerima hal baru itu.

Berbeda dengan seiring dengan kisah korban yang meninggal, saya memulai perjalanan yang membosankan menunggu apa yang Kenyataannya dikisahkan Hyun Moon-sub.

Kenyataannya Devils Stay berusaha menampilkan tayangan yang saya anggap sebagai eksperimental, menggabungkan permainan alur cerita, teknik CGI canggih, Sampai sekarang bentuk teror lain dalam Layar Lebar eksorsisme.

Saya mengapresiasi dengan baik usaha kreatif tersebut, apalagi mengingat alur utama terjadi dalam tiga hari persemayaman. Ingin tidak Ingin, Hyun Moon-sub sebagai sutradara Berniat memainkan alur cerita untuk menampilkan keseluruhan kisah.

Hyun Moon-sub Bahkan Pernah berusaha untuk memisahkan perbedaan Pada waktu itu dengan tone warna yang berbeda. Berbeda dengan Kemungkinan karena terlalu sering, sehingga kadang suka tak disadari atau membuat bingung bila lengah atau mengantuk.

Belum lagi konflik masa lalu seorang karakter yang ikut dimainkan dalam ruwetnya alur cerita utama bolak-balik tersebut. Ibarat jalanan, saya merasa seperti terjebak di tengah-tengah perempatan jalan dan dihadang arus kendaraan dari arah seberang. Riweuh.

Meski saya Pada Pada akhirnya bisa selamat memahami riuhnya alur cerita Devils Stay, tetap saja pengalaman tersebut terasa cukup menguras pikiran. Bahkan saya merasa, kisah lain yang coba dijejalkan Hyun Moon-sub Kenyataannya tidak terlalu relevan pada alur cerita utama. Disebut Bahkan, dibuang pun Kenyataannya tak apa.

Hal itu karena konflik cerita dalam alur utama Kenyataannya Pernah cukup kompleks. Ini tipikal Layar Lebar Korea Selatan yang kerap beride Menyajikan latar cerita yang menjelimet dan bercabang, beda dari gaya Layar Lebar mainstream Hollywood yang lebih sering kronologis dan sebab-akibat.

Meski begitu, saya Dianjurkan akui upaya tim kreatif menghadirkan teror iblis dalam Layar Lebar ini yang berbeda dari kebanyakan Layar Lebar eksorsime sangat menarik. Mulai dari menggunakan ngengat, minim penampakan dan jumpscare, Sampai sekarang menyelipkan komedi dari karakter sampingan sungguh jadi sebuah camilan menyenangkan di Devils Stay.

Kemudian ada sinematografi dan efek visual yang Dianjurkan saya acungi jempol dalam Layar Lebar ini. Kadarnya memang tidak banyak dan tak berlebihan, tapi editing yang terbilang cukup halus dan komposisinya yang apik membuat visualnya terasa lebih berbobot.

Review Layar Lebar Devils Stay:Bila bisa dibandingkan dengan Layar Lebar eksorsime ala Hollywood, Lee Min-ki semestinya sebagai pihak yang jumpalitan melawan iblis. (dok. Showbox)

Ditambah lagi dengan, saya Dianjurkan Menyajikan kredit untuk Park Shin-yang atas kerja kerasnya dalam Layar Lebar ini. Aktor atau Aktris senior pemenang penghargaan tersebut tampak bagai berusaha sendiri dalam mengangkat Devils Stay yang pendam karena cerita.

Perannya sebagai ayah yang berada dalam ‘neraka’ selepas kematian anak kesayangannya sungguh sangat diresapi. Aktor atau Aktris teater itu tampil mulus memainkan berbagai jenis emosi seperti marah, sedih, kecewa, gusar, bingung, Sampai sekarang panik dalam waktu singkat.

Berbeda dengan sayangnya Park Shin-yang kerja sendirian dalam Layar Lebar ini. Lee Min-ki yang menjadi lawan mainnya tak banyak Membantu, selain lebih sering diam mematung dan pura-pura menahan sakit di lengannya.

Padahal, peran Lee Min-ki terbilang vital dalam Layar Lebar ini, Dengan kata lain sebagai pastur. Bila bisa dibandingkan dengan Layar Lebar eksorsime ala Hollywood, Lee Min-ki semestinya sebagai pihak yang jumpalitan melawan iblis.

Karakter Lee Min-ki dalam Layar Lebar ini bagi saya bukan menunjukkan ketenangan, lebih karena mati rasa. Entah karena memang setelannya seperti itu atau gambaran usaha Lee Min-ki, yang jelas aksinya bagi saya membosankan.

Sampai sekarang kemudian Devils Stay pun tiba di parade kredit, saya cuma bisa mengambil kesimpulan, ternyata gaya konvensional dalam mengisahkan cerita kesurupan tak buruk-buruk amat.

[Gambas:Youtube]

(end/end)