Ingatkah kalian gambar legendaris The Great Wave off Kanagawa pada tahun 1831 yang diabadikan oleh seniman Jepang, Katsushika Hokusai, yang menggambarkan Gunung Fuji yang tertutup salju?
Sampai saat ini Di waktu ini, Kemungkinan kita masih berpikir gunung yang menjadi ikon negara tersebut masih tertutup salju.
Padahal, Pernah terjadi sejak satu tahun yang lalu puncak gunung itu tidak lagi bersalju, menurut catatan para ilmuwan. Sampai saat ini hari ini (31/10), Gunung Fuji masih belum tampak ada salju. Hal tersebut merupakan Catatan Unggul terlama dan pertama kalinya dalam 130 tahun gunung itu tak bersalju.
Biasanya, lapisan salju di Gunung Fuji mulai terbentuk sekitar 2 Oktober, tiap tahunnya. Sekalipun, tahun ini suhu yang lebih hangat membuat salju tak lagi menyelimuti gunung tersebut, melansir Smithsonian Magazine.
Tahun lalu, lapisan salju mulai terbentuk pada tanggal 5 Oktober dan tidak bertahan lama, hanya sampai 26 Oktober.
“Suhu tinggi musim panas ini berlanjut Sampai saat ini September, menghalangi masuknya udara dingin,” kata Yutaka Katsuta, seorang peramal cuaca di Kantor Meteorologi Lokal Kofu Jepang.
Kantor Meteorologi tersebut Sebelumnya menyimpan catatan hujan salju pertama di Gunung Fuji setiap tahun sejak 1894, atau 130 tahun yang lalu.
Gunung berapi setinggi 12.388 kaki itu dianggap sebagai salah satu dari tiga gunung suci di Jepang dan merupakan situs ziarah yang penting.
Pada saat ini, setelah musim panas ekstrem menyerang negara tersebut, suhu hangat bertahan lama Sampai saat ini memengaruhi proses turunnya salju, ungkap Shinichi Yanagi, petugas metereologi di kantor Kofu, kepada CNN.
Jepang Sebelumnya mengalami musim panas paling Istimewa selama dua tahun berturut-turut, menurut Japan Times. Dan suhu yang lebih hangat dari biasanya ini bertahan Sampai saat ini musim gugur.
Sekitar 74 kota di Jepang mengalami suhu yang lebih tinggi dari 84 derajat Fahrenheit (atau setara 28,8 Celcius) pada awal Oktober, dengan kenaikan antara 9 dan 14 derajat Fahrenheit di atas normal, menurut laporan Climate Central.
Menghilangnya salju di Gunung Fuji merupakan salah satu dari banyak indikator di seluruh dunia yang menunjukkan dampak kerusakan iklim, ketika musim dingin menjadi lebih hangat.
Sebuah studi yang diterbitkan pada Bulan Januari menunjukkan bahwa pemanasan yang disebabkan oleh manusia Sebelumnya menjadi Dalang hilangnya salju di Belahan Bumi Utara selama 4 dekade terakhir.
Ilmuwan Atmosfer di Laboratorium Salju Central Sierra, Universitas California Berkeley, Andrew Schwartz mengatakan Bila emisi gas rumah kaca global tidak dikurangi, :”sebagian besar dunia Berniat mengalami musim dingin tanpa salju pada tahun 2100.”
Gunung Fuji di Jepang biasanya tertutup salju hampir sepanjang tahun, Sampai saat ini musim panas. Selain tidak adanya salju, masuknya wisatawan asing yang ingin mendaki gunung tersebut Bahkan menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemerintah Jepang.
“Setelah pembatasan Covid dicabut, kami mulai melihat lebih banyak orang (berkunjung),” ujar pejabat setempat, Toshiaki Kasai.
Sebagai upaya mengurangi kepadatan wisatawan selama musim pendakian, Jepang memberlakukan biaya sebesar 2 ribu yen Jepang (sekitar Rp206 ribu) bagi pendaki yang ingin melalui rute paling populer di gunung tersebut. Adapun, batas pengunjung yang ditetapkan sebanyak 4 ribu orang per hari.
Sekalipun kantor meteorologi Kofu Sebelumnya Menyajikan peringatan tentang menghilangnya salju di Gunung Fuji tahun ini, tekanan dari sektor pariwisata menjadi masalah lain bagi para pemangku kepentingan.
Para pendaki dilaporkan Sebelumnya mendaki dengan peralatan yang tidak tepat, Sampai saat ini mengakibatkan Cidera, serta membuang sampah sembarangan di gunung.
“Pariwisata yang berlebihan-dan semua konsekuensinya, seperti penumpukan sampah, meningkatnya emisi CO2, dan pendaki yang ceroboh-Merupakan masalah terbesar yang dihadapi Gunung Fuji,” kata Masatake Izumi, pejabat di Prefektur Yamanashi. Ia menambahkan, “Fuji-san menjerit kesakitan.”
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA