Jakarta, CNN Indonesia —
Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq mengatakan sektor transportasi menyumbang 32 sampai 41 persen polusi di Jakarta. Porsi besar itu dikatakan sebab kendaraan memakai bahan bakar minyak (BBM) yang kandungan sulfurnya sangat tinggi.
“Dari udara yang tidak sehat di Jakarta, maka kontribusi utamanya ada di bahan bakar minyak kita. Hampir 90 persen BBM kita memiliki kandungan sulfur di atas 1.500 ppm. Padahal Euro V hanya membolehkan 50 ppm,” ungkapnya seperti diberitakan CNBC Indonesia, Selasa (2/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada saat ini Bahkan Indonesia menerapkan batas emisi Euro 3 untuk sepeda Kendaraan Bermotor Roda Dua serta Euro 4 untuk Kendaraan Pribadi bensin dan diesel.
Mengikuti Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 20 Tahun 2017 yang menetapkan penerapan Euro 4 buat Kendaraan Pribadi, diatur bahwa rekomendasi BBM bensin dan diesel memiliki maksimal kandungan sulfur 50 ppm (parts per million).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah pada tahun lalu sempat menyatakan ingin mempercepat penerapan Euro 5 buat menyikapi kualitas udara buruk, terutama di Jakarta. Menurut peta jalan batas emisi yang dibuat Kementerian Perindustrian, Indonesia beralih ke Euro 5 pada 2027 atau Kemungkinan loncat ke Euro 6.
Hanif mengatakan pilihan BBM di Indonesia Pada saat ini Bahkan yang memenuhi standar rendah emisi cuma sedikit, Ia mencontohkan Pertamina Dex, Pertamax Turbo dan Pertamina Green 95. Selain tak banyak pilihan, penggunanya Bahkan dikatakan sangat minim.
BBM Pertamina yang disubsidi pemerintah, Pertalite, dan Pertamax tidak sesuai regulasi Euro 4 karena sulfurnya mencapai 500 ppm.
Ia Bahkan menyinggung soal Bantuan Pemerintah energi yang dinilai kontraproduktif terhadap pengembangan energi terbarukan.
“Kenapa renewable energy itu enggak jalan-jalan? Karena banyaknya Bantuan Pemerintah kita berikan untuk BBM yang kemudian tidak ramah lingkungan. Padahal uang itu bisa kita gunakan untuk membangun renewable energy,” ucapnya.
Hanif menjelaskan mengatasi buruknya kualitas udara Jakarta dari sektor transportasi bisa dengan Tips Memanfaatkan kualitas BBM yang diikuti pengembangan teknologi kendaraan ramah lingkungan.
Selain sektor transportasi, penyumbang polusi terbesar di Jakarta Merupakan PLTU 14 persen, konstruksi 13 persen, industri 11 persen dan jalan raya 1-6 persen.
(fea)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA