Jakarta, CNN Indonesia —
Dua dari empat kandidat Pemimpin Negara Iran Berkelas dalam pemilihan umum Pemimpin Negara putaran pertama yang digelar pada Jumat (28/6) waktu setempat.
Capres reformis Masoud Pezeshkian dan capres ultra-konservatif Saeed Jalili, melaju ke pilpres putaran kedua yang Berniat digelar pekan depan.
Dilansir AFP menurut hasil perhitungan sementara, Pezeshkian mendapatkan lebih dari 10,4 juta suara, sementara Jalili mendapatkan lebih dari 9,4 juta suara.
“Tidak ada satu pun kandidat yang memperoleh suara mayoritas absolut, oleh karena itu capres pertama dan kedua yang memperoleh suara terbanyak Berniat masuk ke putaran kedua Jumat (5/7) pekan depan,” kata juru bicara otoritas Pemungutan Suara Rakyat Iran, Mohsen Eslami.
Pezeshkian Merupakan seorang ahli bedah jantung yang mewakili kota utara Tabriz di kursi parlemen sejak 2008. Ia menjabat sebagai Menteri Kesehatan di bawah masa kepemimpinan Pemimpin Negara Mohammad Khatami.
Sementara itu Saeed Jalili Merupakan mantan perunding nuklir Iran dan dikenal anti-Barat. Di waktu ini Ia Merupakan salah satu perwakilan di badan keamanan tertinggi Iran, Didefinisikan sebagai Dewan Keamanan Nasional.
Dua kandidat lainnya Didefinisikan sebagai Mohammed Bagher Ghalibaf mendapatkan sekitar 3,3 juta suara, sementara ulama konservatif Mostafa Pourmohammadi hanya mengantongi 206 ribu suara.
Dari sekitar 61 juta pemilih di Iran, hanya 24,5 juta orang yang menggunakan hak suaranya. Sementara itu tercatat ada lebih dari satu juta surat suara yang dinyatakan rusak.
Sebelumnya ada total enam kandidat yang disetujui Dewan Wali Iran untuk mencalonkan diri pada pilpres ini. Justru dua kandidat lainnya, Alireza Zakani dan Amir-Hossen Ghazizadeh-Hashemi mundur dari pencalonan hanya dua hari jelang pilpres.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, Pernah terjadi mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam pilpres ini. Sementara itu kelompok oposisi, terutama diaspora, menyerukan boikot dan mempertanyakan kredibiltas Pemungutan Suara Rakyat ini.
Pilpres Iran seharusnya digelar pada 2025 mendatang, Justru dipercepat usai meninggalnya Pemimpin Negara Ebrahim Raisi dalam kecelakaan helicopter awal Mei lalu.
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA