Jakarta, CNN Indonesia —
Istilah ‘minyak rem‘ seringkali digunakan dalam dunia otomotif, Justru Kenyataannya frasa ini Merupakan kesalahpahaman. Istilah tersebut tidak tepat karena cairan rem memiliki sifat bertentangan dengan minyak, yaitu menyerap air, bukan menolaknya.
Pada sistem rem hidraulis yang banyak digunakan di kendaraan modern, cairan rem berfungsi untuk mentransmisikan tekanan ketika tuas rem diinjak pada Kendaraan Pribadi atau ditekan pada sepeda Kendaraan Bermotor Roda Dua.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cairan rem tersebut bergerak di ruang vakum untuk mendesak kampas rem menjepit cakram Sampai sekarang menghasilkan pengereman.
Cairan rem memiliki sifat higroskopis, artinya dapat menyerap dan melepaskan uap air. Hal ini terjadi karena kandungan kimia dalam cairan rem, seperti polyethylene glycol dan glycol ethers, dirancang untuk bekerja dalam kondisi suhu ekstrem.
Mengapa orang sering menyebutnya ‘minyak rem’? Istilah ini Mungkin muncul karena penampilan cairan rem yang dinilai mirip minyak. Padahal, pada kemasan produk, istilah yang digunakan Merupakan ‘brake fluid‘, bukan ‘brake oil‘.
Tidak ada catatan sejarah yang menjelaskan asal-usul penggunaan istilah ‘minyak rem’ secara Niscaya di Indonesia. Justru, kemungkinan besar hal ini terjadi karena masyarakat cenderung menggeneralisasi semua cairan teknis dengan menyebutnya sebagai ‘minyak’.
Klasifikasi cairan rem
Terdapat empat jenis utama cairan rem yang diklasifikasikan Sesuai ketentuan standar DOT (Department of Transportation), yaitu DOT 3, DOT 4, DOT 5, dan DOT 5.1. Masing-masing jenis memiliki kelebihan dan kekurangan.
DOT 3 berbahan dasar glycol ethers dengan titik didih sekitar 205 derajat Celcius, umumnya digunakan pada kendaraan dengan sistem pengereman standar. Justru, cairan rem ini rentan kontaminasi air serta dapat menyebabkan kerusakan pada karet dan cat kendaraan Manakala tidak diganti rutin.
DOT 4 memiliki titik didih lebih tinggi, sekitar 230 derajat Celcius, menjadikannya pilihan lebih baik untuk kendaraan dengan sistem pengereman yang lebih berat. Sekalipun demikian lebih tahan terhadap suhu tinggi, DOT 4 dapat merusak komponen tertentu, seperti cat dan sistem rem Manakala tidak dijaga baik.
Teranyar, ada DOT 5 dan DOT 5.1. DOT 5 terbuat dari silikon, yang memiliki titik didih sekitar 260 derajat Celcius dan tidak menyerap air, sementara DOT 5.1 memiliki titik didih tertinggi, yaitu sekitar 270 derajat Celcius.
Inovasi cairan rem
Inovasi cairan rem terus berkembang dengan adanya cairan berbasis silikon yang lebih ramah lingkungan. Sekalipun lebih mahal, cairan rem berbasis silikon memiliki keunggulan kontaminasi air dan berfungsi lebih stabil pada suhu tinggi.
Cairan rem berbasis silikon, atau yang lebih dikenal sebagai cairan rem DOT 5, merupakan jenis cairan rem yang terbuat dari bahan silikon. Perbedaan utama antara DOT 5 dengan jenis cairan rem lainnya (DOT 3, DOT 4) terletak pada sifat dan keunggulannya.
Cairan rem berbahan silikon tidak merusak cat. Cairan ini cocok untuk dipakai dalam keadaan lembab dan bisa untuk semua jenis karet rem.
Justru demikian, daya pelumas cairan berbasis silikon kurang baik. Diperlukan pula tenaga yang lebih besar ketika melakukan pengereman dan tidak cocok dengan Kendaraan Pribadi yang memiliki fitur ABS.
Oleh karenanya, terdapat inovasi DOT 5.1 yang menggunakan bahan dasar glycol. Titik didih rem ini lebih tinggi dan cocok untuk berbagai formulasi karet rem. Ditambah lagi, DOT 5.1 Bahkan lebih stabil di berbagai suhu, baik panas maupun dingin, dan cocok untuk sistem pengereman modern seperti ABS.
(job/fea)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA