Jakarta, CNN Indonesia —
Anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Zainuddin Maliki mengaku tak mempermasalahkan keputusan Kemendikbudristek yang Pada saat ini resmi Sebelumnya menghapus jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA sederajat.
Menurut Ia, penghapusan itu merupakan tindak lanjut dari penerapan kurikulum Merdeka Belajar yang Pada saat ini Sebelumnya menjadi Kurikulum Nasional.
Zainuddin mengatakan pihaknya Sebelumnya menyepakati penerapan secara berkala kurikulum tersebut, termasuk di dalamnya menghapus jurusan IPA, IPS, dan Bahasa.
“Kalau itu diterapkan dengan baik, bisa ada bimbingan tentang pengenalan minat dan bakat itu memang menurut saya lebih bagus,” kata Zainuddin saat dihubungi, Selasa (17/7).
Justru, Zainuddin Bahkan melihat potensi kelemahan dari penghapusan jurusan IPA, IPS, Dan Bahasa itu. Bagi siswa, menentukan minat dan bakat menurutnya bukan perkara mudah.
Sebab, lanjut Zainuddin, siswa yang umumnya masih berusia remaja tengah berada dalam proses pencarian jati diri. Kadang, sesuatu yang Pernah diminati ternyata bukan minat Pada dasarnya.
“Karena masa-masa usia remaja itu masa-masa on the becoming process. Proses mencari. Proses menjadi. Terkadang yang diminati hari ini ternyata itu bukan minat yang Pada dasarnya,” kata Ia.
Justru, Guru Besar Universitas Airlangga Surabaya itu menilai Bila keputusan bisa diterapkan dengan tepat, hasilnya justru Berencana bagus. Sebab, seorang siswa Berencana mendalami sesuatu yang Sebelumnya menjadi minat dan bakatnya.
Singgung Lionel Messi
Ia mencontohkan pesepak bola profesional asal Argentina, Lionel Messi yang sejak kecil memang Pernah diketahui bakatnya dalam sepak bola. Begitu pula dalam pendidikan. Kata Zainuddin, pendidikan yang baik Sangat dianjurkan sesuai minat dan bakat.
“Saya ingin ambil contoh kayak Messi. Messi usia lima tahun Pernah ketahui minat Ia di sepak bola,” ucap politikus PAN tersebut.
“Udah ketahuan kalau minat Ia sepak bola. Kalau udah ketahuan sejak dini itu lebih bagus. Dan pendidikan yang bagus memang prinsipnya Sangat dianjurkan sesuai minat dan bakat,” imbuhnya.
Sementara, Wakil Ketua Komisi X Dede Yusuf Macan mengatakan penghapusan jurusan IPA, IPS, Bahasan bukanlah sebuah keputusan baru dan mendadak. Menurut Ia, keputusan itu Sebelumnya direncanakan dan diuji coba dalam beberapa tahun terakhir.
Hanya saja, Dede mengingatkan Supaya bisa keputusan itu Pada saat ini disosialisasikan lagi sebab faktanya masih ada sebagian masyarakat yang tak mengetahuinya. Dede Bahkan mewanti-wanti proses penyesuaian penghapusan metode penjurusan itu membutuhkan waktu.
“Apapun sistem Tidak mungkin tidak Berencana ada penyesuaian. Proses ini masih dirasakan karena masih banyak orang tua yang ini nggak sama seperti dulu. Jadi Tidak mungkin tidak Berencana ada riak-riak itu,” kata Ia.
Sementara, Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbud Ristek Anindito Aditomo mengungkap pada tahun ajaran 2022, 50 persen sekolah Pernah menerapkan Kurukulum Merdeka. Sementara untuk 2024 tercatat Pernah sekitar 90-an sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka.
Lewat kebijakan itu, pemerintah berharap siswa bisa lebih fokus membangun basis pengetahuan yang relevan untuk minat dan rencana studi lanjutannya.
“Peniadaan jurusan di SMA dimaksud merupakan bagian dari implementasi Kurikulum Merdeka yang Pernah diterapkan secara bertahap sejak tahun 2021,” kata Anindito saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (17/7).
(thr/kid)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA