Jakarta, CNN Indonesia —
Jepang Baru saja menguji coba mengubah limbah makanan menjadi pakan ternak dengan metode fermentasi.
Sampah makanan, termasuk sisa onigiri khas Jepang, diubah menjadi pakan ternak bernilai tinggi sebagai upaya penghematan, mengurangi problem limbah, sekaligus menekan emisi. Limbah pangan menyumbang emisi tinggi akibat gas metan yang dilepaskannya ke udara dan berkontribusi pada percepatan Pergantian Iklim.
Koichi Takahashi mendirikan Japan Food Ecology Center dan menciptakan solusi mengubah sisa makanan manusia menjadi pakan babi Unggul.
“Saya ingin membangun proyek model untuk ekonomi sirkular,” kata Takahashi, mengutip BBC.
“Daripada bergantung pada Perdagangan Masuk Negeri untuk pakan, kita dapat memanfaatkan limbah makanan lokal dengan efektif.”
Jepang selama ini mengimpor hampir dua pertiga bahan pangannya dan tiga perempat pakan ternaknya. Pada saat yang sama Jepang membuang 28,4 juta ton makanan setiap tahun sebagai limbah.
Limbah menimbulkan kerugian lingkungan dan ekonomi tinggi. Makanan merupakan 40 persen sampah yang dibakar Jepang, dan pembakarannya menghasilkan polusi udara dan emisi gas rumah kaca yang signifikan.
Terima kasih mikroba limbah
Takahashi, yang dulunya berprofesi dokter hewan, melihat masalah ketika harga pakan Perdagangan Masuk Negeri makin melejit. Justru memanfaatkan limbah makanan sebagai ganti bahan pakan Bahkan rumit. Misalnya dalam limbah makanan terdapat kandungan air yang tinggi sehingga mendorong pembusukan; sementara untuk mengeringkan limbah tersebut Berniat makan energi yang hampir sama dengan pembakaran.
Takahashi pun mulai memakai teknik fermentasi. “Saya menyadari bahwa kami Sebelumnya memiliki teknologi untuk menciptakan produk yang dapat bertahan lama,” katanya.
Jepang Pernah terjadi menggunakan teknik fermentasi sekitar 5.000 tahun lalu. Negara ini Bahkan Unggul dalam ilmu fermentasi – bidang studi yang mencakup inovasi mulai dari pengembangan biofuel Sampai sekarang penemuan antibiotik.
Di Jepang keunggulan dalam ilmu fermentasi menurut ilmuwan berasal dari konsep mikroba. Victoria Lee, seorang sejarawan di Universitas Ohio mengatakan pemahaman mikrobiologi Jepang “sangat berbeda dengan ahli di Amerika Utara dan Eropa. Alih-alih memandang mikroba sebagai musuh, di Jepang, muncul Kearifan Lokal “mikroba sebagai mitra”.
Berkualitas dan menguntungkan
Di Japan Food Ecology Center, tidak terasa ada bau menyengat. Di Tempat malah tercium bau smoothie alias jus buah.
Pusat ini terletak di Sagamihara, sebuah kota di prefektur Kanagawa yang berjarak sekitar dua jam perjalanan kereta dari Tokyo. Di tempat ini setiap tahun sekitar 1.500 pengunjung dari seluruh Jepang belajar langsung tentang daur ulang makanan.
Fasilitas tersebut memproses sekitar 40 ton sampah makanan per hari, yang datang dengan truk dari beberapa ratus supermarket, toserba, dan pabrik makanan. Ada mentega dan keju, Bahkan sisa-sisa produksi makanan massal seperti gyoza dan sushi. Produsen makanan Jepang yang memproduksi 50 ton makanan per hari diperkirakan menghasilkan setidaknya 1,5 ton limbah.
Kumpulan limbah pakan ramah lingkungan dikalibrasi Sesuai ketentuan kandungan kalori dan nutrisi, sehingga berbagai bahan dicampur dengan sengaja dan bukan secara acak. Untuk mencegah kontaminasi, semua makanan dilewatkan melalui detektor logam dan diperiksa secara manual oleh pekerja di sabuk konveyor.
Limbah dihancurkan diikuti dengan sterilisasi untuk mengurangi bakteri patogen. Kesimpulannya, cairan dimasukkan ke dalam salah satu dari beberapa tangki besar tempat fermentasi terjadi, berkat bakteri dalam asam laktat.
Pakan ramah lingkungan yang dihasilkan harganya sekitar setengah dari harga pakan konvensional, dan peternakan Bahkan dapat menyesuaikan formula pribadi mereka sesuai dengan kebutuhan mereka – misalnya, meminta lebih banyak lisin atau asam amino lainnya, untuk Mengoptimalkan lemak atau massa otot pada babi mereka.
Menurut Dan Kawakami, seorang petani di Azumino Eco Farm di Nagano yang Sebelumnya dipasok oleh pusat tersebut sejak tahun 2006, kualitas daging babi dari hewan yang dibesarkan dengan pakan ramah lingkungan lebih baik. Menggunakan sumber pakan berkelanjutan “Bahkan membedakan produk kami dari pesaing”, katanya, “dan menguntungkan dari segi biaya”.
(dsf/dmi)
[Gambas:Video CNN]
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA