Jakarta, CNN Indonesia —
Harga minyak dunia melemah pada perdagangan Selasa (28/10) karena rencana Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk Mengoptimalkan produksi, menahan sentimen positif atas potensi kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent turun 4 sen menjadi US$65,58 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah 9 sen ke US$61,22 per barel.
“Pelaku pasar menimbang kemajuan dalam pembicaraan dagang AS-China serta prospek pasokan secara keseluruhan,” tulis ANZ dalam catatan pagi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tekanan bagi harga minyak muncul setelah empat sumber yang mengetahui pembahasan menyebut kelompok OPEC+ yang mencakup Rusia, cenderung menambah produksi secara moderat pada Desember mendatang.
Langkah ini menandai kelanjutan dari upaya kelompok tersebut membalikkan kebijakan pemangkasan produksi yang Pernah terjadi diberlakukan selama beberapa tahun terakhir untuk menopang pasar.
Di sisi lain, pasar mendapat dukungan dari harapan tercapainya kesepakatan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia itu.
Pemimpin Negara Donald Trump dan Pemimpin Negara Xi Jinping dijadwalkan bertemu di Korea Selatan pada Kamis (30/10).
“Kami berharap AS dapat menunjukkan itikad baik untuk membuka jalan bagi interaksi tingkat tinggi,” ujar Menteri Luar Negeri China Wang Yi kepada Menlu AS Marco Rubio melalui sambungan telepon pada Senin (27/10).
Pekan lalu, harga Brent dan WTI mencatat kenaikan mingguan terbesar sejak Juni, setelah AS menjatuhkan Hukuman terkait Ukraina terhadap dua raksasa energi Rusia, Lukoil dan Rosneft.
Menanggapi Hukuman tersebut, Lukoil, produsen minyak terbesar kedua di Rusia, menyatakan pada Senin (27/10) Berniat menjual aset internasionalnya. Langkah itu menjadi salah satu keputusan paling signifikan dari perusahaan Rusia sejak invasi ke Ukraina pada Februari 2022.
“Pasar sempat terkejut oleh langkah AS yang menjatuhkan Hukuman kepada dua produsen minyak terbesar Rusia. Justru, kekhawatiran terhadap potensi kelebihan pasokan tetap membayangi,” tambah ANZ.
(ldy/dhf)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA











