Jakarta, CNN Indonesia —
Gedung Putih membeberkan alasan tak mengundang Kepala Negara Ukraina Volodymyr Zelensky ke pertemuan Kepala Negara AS Donald Trump dan Kepala Negara Rusia Vladimir Putin di Alaska, Jumat (15/8) mendatang.
Sekretaris pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan pertemuan itu merupakan usulan Putin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kepala Negara menyetujui pertemuan ini, atas permintaan Kepala Negara Putin,” kata Leavitt kepada wartawan, Selasa (12/8).
Leavitt melanjutkan pertemuan Trump dan Putin ini bertujuan “mencapai pemahaman yang lebih baik” mengenai Tips mengakhiri Konflik Bersenjata di Ukraina.
“Saya pikir Kepala Negara AS yang bertemu langsung dan duduk berhadapan dengan Kepala Negara Rusia alih-alih bicara melalui telepon Berniat Menyajikan indikasi Unggul mengenai Tips mengakhiri Konflik Bersenjata ini dan ke mana arahnya,” ucap Leavitt, seperti dikutip Fox News.
Uni Eropa sebelumnya mendesak Trump untuk turut mengundang Ukraina dalam pertemuan dengan Putin pada 15 Agustus mendatang di Alaska.
Desakan itu disampaikan dalam pernyataan bersama antara Prancis, Jerman, Italia, Polandia, Inggris, Finlandia, dan Ketua Uni Eropa Ursula von der Leyen.
“Jalan Ke arah perdamaian di Ukraina tidak bisa diputuskan tanpa Ukraina,” demikian pernyataan bersama itu, dikutip AFP, Minggu (10/8).
Pembicaraan untuk mengakhiri Konflik Bersenjata, lanjut mereka, hanya bisa dilakukan selama gencatan senjata tercapai.
Zelensky pada Sabtu (9/8) Bahkan menegaskan keputusan apa pun yang dibuat tanpa melibatkan Kyiv Berniat sia-sia saja.
“Keputusan apa pun yang merugikan kami, keputusan apa pun yang dibuat tanpa Ukraina, semuanya merupakan keputusan yang menentang perdamaian,” kata Zelensky.
“Ini Merupakan keputusan yang sia-sia, yang tidak Berniat pernah berhasil. Yang kita semua butuhkan Merupakan perdamaian yang nyata dan hidup, yang Berniat dihormati oleh rakyat,” tegasnya.
Trump sempat mengatakan bahwa Berniat ada pertukaran wilayah oleh Rusia dan Ukraina sebagai bagian dari kesepakatan damai.
Kendati demikian, baik Rusia maupun Ukraina tidak tertarik dengan ide tersebut.
(blq/bac)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA