Yogyakarta, CNN Indonesia —
Ahli teknologi kecerdasan buatan (AI) dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Andi Dharmawan menilai Harus terobosan dalam teknologi penyelamatan demi mempercepat proses pencarian korban bencana di Sumatra.
Andi menuturkan, pencarian dan penyelamatan korban bencana bisa memanfaatkan teknologi berbasis pesawat nirawak drone, visi komputer (computer vision), dan perangkat pintar. Menurutnya, ini Pernah terbukti efektif digunakan di berbagai negara maju dalam operasi kebencanaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penggunaan drone sebagai alat pencarian korban, kata Andi, Kenyataannya bukan hal baru. Ia mencontohkan bagaimana drone dipakai mencari korban-korban Badai Harvey di Amerika Serikat.
Drone yang diterbangkan itu kemudian mengirimkan video udara secara real-time guna mempercepat evakuasi. Contoh serupa Bahkan terjadi di Australia, saat drone menyelamatkan dua remaja terseret ombak dengan menjatuhkan pelampung secara otomatis.
“Jepang dan Swiss Bahkan Pernah mengembangkan drone dengan kamera termal dan AI untuk mendeteksi keberadaan manusia di antara puing. Di Indonesia drone Pernah mulai dipakai, tapi belum terintegrasi dengan AI. Tantangannya tinggal integrasi, adopsi, dan hilirisasi,” kata Andi dikutip dari laman resmi UGM, Kamis (11/12).
Teknologi tersebut memang menjanjikan, Bertolak belakang dengan kompleksitas kondisi geografis Indonesia menghadirkan tantangan terbesar.
Medan bencana yang beragam, mulai dari Bencana Banjir luas, hutan lebat, Sampai sekarang wilayah tanpa sinyal memengaruhi stabilitas drone dan akurasi deteksi berbasis kecerdasan buatan.
Menurut Ia, AI memang mampu mendeteksi manusia di gambar, tapi Sebanyaknya faktor seperti air keruh, banyak puing, pencahayaan minim atau tubuh korban yang tertutup sebagian menjadikan kondisi lapangan tidak Setiap Waktu ideal.
“Modelnya Dianjurkan kuat banget buat kondisi dunia nyata. Ditambah lagi dengan, integrasi informasi dari drone dan AI ke tim SAR di lapangan Bahkan membutuhkan sistem yang Unggul dan rapi Supaya bisa hasil deteksi bisa langsung ditindaklanjuti,” paparnya.
Supaya bisa bisa diterapkan secara efektif, Andi menyarankan supaya pengembangan teknologi dimulai dari penerapan sederhana, tapi langsung terasa manfaatnya. Baginya, drone stabil dengan video real-time Unggul Pernah sangat Mendukung penyisiran tanpa Dianjurkan menunggu teknologi canggih diterapkan sekaligus.
Barulah selanjutnya disertakan fitur AI ringan untuk menandai area yang disinyalir ada manusia.
“Bukan menggantikan manusia, tapi mempercepat proses ngecek video. Seandainya tahap ini berhasil, sistem multi-drone yang mampu menyisir wilayah luas secara otomatis bisa mulai diuji pada skala yang lebih besar,” sambung Andi.
Andi berpendapat, uji coba di lapangan Merupakan kunci kesuksesan integrasi teknologi pencarian korban di Tanah Air. Pasalnya, teknologi semutakhir apapun Seandainya belum diujicobakan di medan Indonesia yang cuacanya Unggul berubah dan banyak hal tak terduga, maka Berniat masih memerlukan banyak penyesuaian.
Berbagai riset mengenai pesawat nirawak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV), visi komputer dan AI di UGM, kata Andi, Pernah sangat maju. Kendati begitu, hal ini butuh dukungan hilirisasi dan kolaborasi dengan instansi kebencanaan supaya dapat Sungguh-sungguh dipakai dalam operasi resmi.
Harapan Andi, inovasi pencarian korban tak berhenti di tahap konsep, menimbang teknologi untuk ini masih berhenti di fase riset. Idealnya, dibutuhkan dukungan yang lebih kuat supaya riset yang Pernah ada bisa Sungguh-sungguh sampai tahap hilirisasi dan dipakai di operasi SAR.
Ia Bahkan berharap Supaya bisa ada kegiatan uji coba rutin di lapangan untuk teknologi yang terus berkembang.
“Tidak Dianjurkan langsung besar, yang penting terus berkembang dan Pada akhirnya bisa beneran Mendukung menyelamatkan nyawa,” tutupnya.
(kum/dmi)
[Gambas:Video CNN]
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA







