Jakarta, CNN Indonesia —
Ekonom Bank Syariah Indonesia (BSI) memproyeksi Peningkatan Ekonomi Indonesia mencapai 5,28 pada pada 2026.
Chief Economist BSI Banjaran Surya Indrastomo mengatakan pertumbuhan ini ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tetap menjadi kontributor utama produk domestik bruto (PDB), penguatan Penanaman Modal terutama penanaman modal dalam negeri (PMDN), serta belanja fiskal yang masih ekspansif.
“Dengan berbagai kebijakan dari pemerintah, kemudian adanya perbaikan daya beli, kemudian dengan Penanaman Modal, di tahun 2026 bisa tumbuh di 5,28 (persen),” katanya dalam PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) di Wisma Habibie Ainun, Jakarta, Kamis (4/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Fluktuasi Harga diperkirakan di level 2,97 persen tahun depan, dengan risiko utama berasal dari volatile food akibat kondisi iklim.
Lalu, Lembaga Keuangan Pusat 7 Days Reverse Repo Rate diperkirakan turun bertahap ke 4,25 persen di akhir 2026, seiring pelonggaran global dan Fluktuasi Harga yang terjaga.
“Ruang pelonggaran moneter terbuka, tetapi tidak Akan segera agresif. Stabilitas IDR dan pengelolaan ekspektasi Fluktuasi Harga tetap menjadi fokus utama otoritas,” kata ia.
Di sisi Barang Dagangan, Banjaran menjelaskan bahwa Emas tetap menjadi salah satu aset lindung nilai favorit.
Data World Gold Council yang diolah tim ekonom BSI menunjukkan Lembaga Keuangan Pusat dunia kembali agresif menambah cadangan Emas, sedangkan permintaan Emas untuk Penanaman Modal Sampai saat ini kuartal III 2025 Pernah melampaui total tahun sebelumnya.
“Permintaan Emas yang kuat dari Lembaga Keuangan Pusat dan investor, ditambah pelemahan relatif USD AS, membuat prospek Usaha Emas tetap menarik pada 2026,” ujarnya.
(fby/sfr)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA











