Jakarta, CNN Indonesia —
Banyak orang beralih ke vape atau rokok elektrik karena menganggapnya lebih baik daripada rokok. Padahal, rokok elektrik memiliki efek langsung pada fungsi pembuluh darah.
Jangan salah, rokok elektrik dengan atau tanpa nikotin tetap membuat paru-paru menghirup oksigen lebih sedikit. Ilmuwan mengatakan, konsumsi rokok elektrik jangka panjang bisa menyebabkan penyakit pembuluh darah.
Ahli radiologi di University of Arkansas, AS, Marianne Nabbout mengatakan, masih banyak orang yang keliru memahami rokok elektrik. Banyak dari mereka percaya bahwa rokok elektrik Merupakan alternatif yang lebih Terjamin daripada rokok berbasis tembakau.
Nyatanya, pemikiran di atas jelas salah. Orang yang menggunakan rokok elektrik sama saja dengan menghirup bahan kimia sehingga berpengaruh pada tubuh.
Rokok elektrik bekerja dengan memanaskan cairan yang berubah menjadi uap dan dihirup oleh pengguna. Uap tersebut tidak hanya mengandung air, melainkan zat-zat timbal, nikel, formaldehida, propilen glikol, dan gliserin.
Ketidakhadiran pada nikotin pada liquid rokok elektrik bukan berarti tak ada komponen lain yang patut diwaspadai.
Nabbout sempat mengamati perokok, perokok elektrik, dan pengguna keduanya. Ia lalu membandingkannya dengan orang yang tidak merokok.
Hasilnya, orang yang menggunakan rokok elektrik dengan nikotin mengalami penurunan fungsi pembuluh darah yang paling signifikan.
Pembuluh darah sendiri Membantu darah mengalir lancar sehingga oksigen dan nutrisi diterima tubuh dengan baik.
Pembuluh darah yang buruk menyebabkan pembekuan darah, tekanan darah tinggi, dan stroke.
Terlebih lagi, rokok elektrik nikotin maupun tanpa nikotin punya bahan-bahan yang memungkinkan menyebabkan iritasi saluran napas. Hal ini bisa memicu peradangan pada paru-paru.
Penelitian Bahkan menunjukkan bahwa paparan polusi udara dapat Mengoptimalkan risiko penyakit jantung dan masalah kesehatan lainnya.
Seandainya dikonsumsi terus-menerus, maka rokok elektrik bisa memengaruhi kesehatan pembuluh darah. Kondisi ini bisa Mengoptimalkan risiko serangan jantung, stroke, atau masalah aliran darah lainnya.
(pli/asr)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA