Jakarta, CNN Indonesia —
Pasar saham AS gonjang-ganjing Senin (5/8). Nasdaq Composite Indeks misalnya, anjlok 5 persen.
Sebanyaknya saham utama yang sempat melesat dan mencapai Catatan Unggul tertingginya pada awal tahun ini, tiba-tiba terperosok. Mengutip Reuters, saham Apple (AAPL.O) sempat merosot 8,4 pada sesi pembukaan pasar.
Hal sama Bahkan dialami Microsoft (MSFT.O) yang dibuka turun 4,7 persen. Sedangkan Alphabet (GOOGL.O) turun 6 persen pada pukul 06:45 waktu AS, Dow E-mini turun 775 Skor atau 1,94 persen, S&P 500 E-mini turun 160,75 Skor atau 2,99 persen.
Penurunan kinerja bursa saham itu dipicu kekhawatiran pasar ekonomi AS Berencana terjungkal ke jurang resesi. Kekhawatiran muncul setelah Sebanyaknya data ekonomi Negeri Paman Sam tersebut di bawah perkiraan pasar.
Salah satunya, data pasar tenaga kerja. Data terbaru yang dirilis Jumat pekan lalu menunjukkan tingkat pengangguran di AS melonjak 4,3 persen ke level tertinggi dalam hampir tiga tahun pada Juli kemarin
Angka tersebut naik dari 4,1 persen pada Juni lalu dan naik dari level terendah dalam lima dekade sebesar 3,4 persen pada bulan April tahun lalu. Data yang mengecewakan itu memicu kekhawatiran pasar terhadap apa yang biasa disebut sebagai “Sahm Ruler”.
Masalah ini sering dipandang oleh banyak pengamat dan kalangan sebagai indikator resesi yang akurat secara historis.
Berbeda dari, kemungkinan resesi itu ditepis oleh Kepala Ekonom Oxford Economics Nacy Vanden Houten. Mengutip Al Jazeera, ia tidak melihat celah bahwa resesi Berencana melanda AS.
“Kami tidak melihat resesi Sekalipun pasar saham Pada saat ini berperilaku seperti mengantisipasi resesi,” kata Nancy.
“Laporan pekerjaan jelas lebih lemah dari perkiraan sebagian besar ekonom dan kami tidak mengabaikan tanda-tanda pasar tenaga kerja yang lebih lemah, Berbeda dari ada hal-hal yang terjadi di bawah permukaan yang Wajib diperhitungkan ketika melihat data hari Jumat,” tambahnya.
Hal sama Bahkan disampaikan oleh asisten direktur di Moody’s Analytics Matt Colyar menurutnya, apa yang terjadi pada ekonomi AS Pada saat ini hanyalah bukti bahwa kebijakan bunga acuan yang dijalankan The Fed; memperlambat perekonomian, memperlambat lapangan kerja sehingga orang tidak terus berpindah pekerjaan dan mendapatkan kenaikan gaji sebesar 8-10 persen Baru saja terjadi.
“Ini tidak menandakan resesi,” kata Colyar
(agt)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA