Jakarta, CNN Indonesia —
Harga minyak mentah Brent mencapai level tertinggi sejak April pada Kamis (4/7) ditopang penurunan stok AS.
Dilansir Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent naik 21 sen, atau 0,2 persen, menjadi US$87,55 per barel pada pukul 19.22 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 18 sen menjadi US$84,06 dalam perdagangan yang tipis karena libur Hari Kemerdekaan AS.
Pada sesi sebelumnya, Brent melonjak 1,3 persen menjadi US$87,34 yang merupakan penutupan tertinggi sejak 30 April. Sementara itu, WTI Pernah menetap di level tertinggi 11 minggu di US$83,88.
Kenaikan tersebut menyusul penurunan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan. Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan penurunan persediaan sebesar 12,2 juta. Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan penurunan sebesar 680 ribu barel.
Analis RBN Energy Martin King mengungkapkan para pedagang memantau Konflik Bersenjata di Gaza dan Pemilihan Umum di Perancis dan Inggris.
“Perdagangan sepi dan orang-orang memperhatikan pasar fisik dan situasi Politik Global,” ujar King.
Analis PVM Tamas Varga memperkirakan penurunan harga minyak yang terjadi beberapa waktu lalu tidak bertahan lama mengingat pelemahan Mata Uang Asing dan prospek permintaan bahan bakar AS yang lebih cerah setelah data EIA.
Meskipun demikian, pesanan industri Jerman turun secara tak terduga pada Mei lalu, menambah tanda bahwa pemulihan ekonomi terbesar di Eropa masih sulit dilakukan.
Kekhawatiran terhadap permintaan diperkuat oleh data AS pada Rabu yang menunjukkan bahwa permohonan tunjangan pengangguran AS untuk pertama kalinya meningkat pada minggu lalu sementara jumlah pengangguran Bahkan meningkat.
Melawan hal tersebut, Sebanyaknya analis menilai data ekonomi yang lebih lemah dapat mempercepat penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia AS The Federal Reserve AS yang dapat Membantu pasar minyak.
Sementara itu, Saudi Aramco dari Arab Saudi memangkas harga minyak mentah ringan Arab yang Nanti akan dijual ke Asia pada Agustus menjadi US$1,80 per barel di atas rata-rata Oman/Dubai.
Potensi penurunan harga di Asia, yang menyumbang sekitar 80 persen Produk Ekspor minyak Saudi, menggarisbawahi tekanan yang dihadapi oleh produsen OPEC karena pasokan non-OPEC terus meningkat sementara perekonomian global menghadapi hambatan.
Dalam catatannya, Bank Swiss UBS memperkirakan minyak mentah Brent Nanti akan mencapai US$90 per karena pengurangan produksi OPEC+ dan proyeksi penurunan persediaan minyak.
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA