Tokyo, CNN Indonesia —
Daihatsu Kendaraan Bermotor Roda Dua Company mengklaim mampu menurunkan emisi karbondioksida (CO2) Sampai saat ini 42 persen setelah melakukan evolusi dalam pembuatan Kendaraan Pribadi di Kyoto Plant.
Fukushima, Plant Manager Kyoto Plant, menjelaskan sejak peremajaan pada tahun 2022, kapasitas produksi, waktu takt, dan jumlah tenaga kerja di pabrik ini meningkat signifikan. Menurutnya pembaruan besar-besaran pada 2022 dilakukan karena salah satu Penjelasannya Merupakan untuk menjawab tantangan dalam inisiatif Ke arah karbon netral, keterbatasan terhadap jumlah tenaga kerja, serta penyesuaian kategori usia karyawan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Dari sisi lingkungan, guna mencapai target netral karbon pada 2035, kami menerapkan efisiensi energi melalui bangunan bertingkat, memperkenalkan booth cat drive-through, dan memanfaatkan energi surya,” kata Fukushima di Daihatsu Kyoto Plant, Senin (27/10).
“Langkah-langkah ini berhasil menurunkan emisi CO2 sebesar 42 persen dibanding sebelum pembaruan pabrik ini,” lanjut Ia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menambahkan teknologi drive-through booth ini Bahkan Pernah diterapkan di Pabrik Karawang Nomor 2 di Indonesia, dengan fitur ini menjadi penting bagi Kyoto Plant.
Kyoto Plant merupakan salah satu pabrik penting Daihatsu. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi tahunan sebesar 230 ribu unit, dengan takt time maksimum 0,9 menit.
|
Proses perakitan Kendaraan Pribadi di Daihatsu Kyoto Plant, Senin (27/10). (Foto: CNN Indonesia/Damar Iradat)
|
Pabrik ini memiliki luas area sekitar 170 ribu meter persegi, tergolong kecil untuk ukuran pabrik dengan kapasitas produksi sebesar itu. Dalam proses pembaruan terakhir pada 2022, Daihatsu menggabungkan fasilitas area perakitan dan pengecatan menjadi satu bangunan bertingkat.
Fukushima menjelaskan ada dua model utama yang diproduksi di Kyoto Plant, Dikenal sebagai Daihatsu Thor (Toyota Roomy & Subaru Justy), dan Toyota Probox
Dalam evolusinya, Daihatsu Bahkan Mengoptimalkan konsep dasar manufaktur, Dikenal sebagai Simple, Slim, dan Compact (SSC). Menurutnya dengan konsep tersebut, pabrik dapat melakukan standarisasi lini produksi, mengurangi peralatan khusus, dan memperpendek jalur perakitan melalui sistem transfer samping.
“Upaya ini berhasil Memanfaatkan daya saing pabrik,” tandasnya.
(dmi/dmi)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA











