Jakarta, CNN Indonesia —
Honda Malaysia baru saja meluncurkan Kendaraan Pribadi listrik e:N1 pada Kamis (15/5). Beda dari Indonesia yang menawarkannya pakai sistem sewa, Honda Malaysia menjualnya secara retail.
e:N1 di Malaysia dijual mulai 149.900 ringgit atau Rp572,9 juta (kurs Rp3.822). Unit yang dijual merupakan CBU produksi Dongfeng Honda Automobile di China.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Paultan, Honda Malaysia berencana menghabiskan semua stok unit Pembelian Barang dari Luar Negeri, diperkirakan 500 unit atau lebih sedikit, sebelum 31 Desember. Pada tanggal itu insentif bebas bea masuk dan tarif untuk Kendaraan Pribadi listrik CBU berakhir.
Honda Malaysia yakin sanggup mengejar target sebab sebelum peluncuran Pernah terjadi menampung pesanan sekitar 200 unit.
e:N1 rencananya bakal diproduksi secara CKD di Malaysia, walau begitu Honda Malaysia mengatakan Harus dibantu periode insentif produksi lebih panjang dari pemerintah. Keringanan Retribusi Negara produksi Motor Listrik secara lokal di Malaysia bakal berakhir pada Desember 2027.
“Pada dasarnya, CKD Merupakan jalan keluarnya. Saya paham maksud pemerintah, tetapi kalaupun semua pelaku usaha pindah ke CKD, (insentif Retribusi Negara) itu Berencana berhenti pada 2027. Pemerintah Harus memperpanjang lagi jangka waktunya, setidaknya lima sampai 10 tahun. Misalnya, kalau ada yang memulai (proyek CKD) pada 2027, mereka butuh waktu setidaknya lima tahun untuk mengembalikan investasinya,” kata COO Sarly Adle Sarkum Honda Malaysia.
Sistem sewa
Honda di Indonesia Pernah terjadi lebih dulu Menyediakan e:N1 mulai Februari lalu, Sekalipun memakai Trik berbeda. Honda Prospect Kendaraan Bermotor Roda Dua (HPM) memutuskan Menyediakan SUV listrik ini dengan skema sewa Rp22 juta per bulan.
Pilihan itu diambil usai survei dan studi konsumen di dalam negeri, menurut HPM. e:N1 ditawarkan dengan sistem sewa selama lima tahun kemudian konsumen bakal diberikan opsi kepemilikan.
Bila dikalkulasi Rp22 juta selama lima tahun (60 bulan) maka total biaya yang Harus dikeluarkan untuk menguasai e:N1 di Indonesia setidaknya Rp1,32 miliar. Hal ini belum ditambah biaya-biaya pemakaian lain. HPM memang agak lain sebab konsumen yang diincar Merupakan fleet atau business to business (B2B).
(fea)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA