Jakarta, CNN Indonesia —
Harga tiket keberangkatan Ke arah Maladewa (Maldives) saja Pernah mahal. Saat ini Bahkan, kondisi diperparah dengan dinaikkannya harga Retribusi Negara tiket penerbangan pulang dari Maladewa.
Retribusi Negara bagi pengunjung sendiri dipecah per penumpang Mengikuti kelas layanan yang mereka gunakan untuk terbang keluar dari Maladewa.
Penumpang kelas ekonomi Berniat membayar US$50 atau senilai Rp792 ribu (naik dari harga sebelumnya, US$30/Rp475 ribu). Kemudian, kelas Usaha Dianjurkan membayar US$120/Rp1,9 juta (naik dari US$60/Rp950 ribu), kelas utama US$240/3,8 juta (naik dari US$90/Rp1,4 juta), dan penumpang jet pribadi US$480/Rp7,6 juta per orang (naik dari US$120/1,9 juta).
Bila dilihat dari perbandingan tarif sebelum dan sesudah kenaikan, harganya melonjak begitu tinggi. Ada yang naik 2 sampai bahkan 4 kali lipat.
Retribusi Negara keberangkatan ini berlaku untuk semua pengunjung non-Maladewa tanpa memandang usia atau paspor asal, Bahkan tidak memperhitungkan durasi penerbangan.
Dengan begitu, berarti seorang wisatawan Berniat membayar jumlah Retribusi Negara yang sama untuk menempuh penerbangan 4 jam ke Delhi atau penerbangan 11 jam ke London, melansir CNN Travel.
Otoritas Pendapatan Dalam Negeri Maladewa (MIRA) mengumumkan kenaikan Retribusi Negara tersebut pada November. Mereka mengatakan, pendapatan dari Retribusi Negara ini digunakan untuk pemeliharaan dan perawatan Bandara Internasional Velana (MLE), pusat transit utama Maladewa.
Meski begitu, beberapa wisatawan Kemungkinan tidak menyadari adanya perubahan tarif baru tersebut. Biaya ini biasanya ditambahkan ke harga tiket pesawat, sehingga wisatawan tak Harus mengeluarkan uang tunai saat melewati pemeriksaan paspor.
Salah satu maskapai penerbangan kelas Usaha baru yang terbang ke Maladewa, Beond, Sebelumnya memasang catatan di situs mereka yang berisi saran kepada pelanggan untuk membeli tiket mereka sebelum 30 November demi menghindari kenaikan Retribusi Negara.
Terletak di lepas pantai India, Maladewa memiliki populasi sekitar 520 ribu jiwa, yang tersebar di lebih dari seribu pulau. Mayoritas penduduknya tinggal di ibu kota Malé.
Meski industri yang paling menguntungkan di sana ialah pariwisata, tetapi negara ini kesulitan menyeimbangkan uang yang didapat dari wisatawan internasional dengan kebutuhan penduduknya.
Geografis Maladewa membuat negara tersebut mudah dijual untuk merek-merek mewah. Pasalnya, hotel dan resor dapat dengan mudah memiliki pulau pribadi mereka sendiri.
Jaringan hotel-hotel internasional seperti Ritz Carlton, Six Senses, dan St. Regis yang memiliki banyak kamar dan vila dengan harga ribuan Mata Uang Amerika per malam Bahkan ada di sana.
(aur/asr)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA