Denpasar, CNN Indonesia —
Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, Bali, mencatat ada 115 biota laut mati di perairan Pulau Bali, Jatim, NTB (NTB), dan NTT (NTT) sepanjang 2024 lalu.
Rinciannya Merupakan 4 ekor dugong, 3 hiu paus, 1 ekor pari mata, 16 ekor Lumba-lumba, 30 ekor paus, dan 61 ekor penyu
Untuk di kawasan perairan Bali setidaknya total ada 51 biota laut yang mati Dengan kata lain 1 ekor dugong, 9 ekor Lumba-lumba berbagai jenis, 6 ekor paus berbagai jenis, 35 penyu berbagai jenis.
“Kalau total di empat provinsi ada 115 individu [biota laut yang mati], untuk di Bali itu ada 51,” kata Rizka Dzulfikar selaku Ketua Tim Kerja Perlindungan dan Pelestarian BPSPL Denpasar, saat dikonfirmasi Jumat (7/2).
Kemudian di perairan Jatim total ada 13 biota laut yang mati terdampar di pantai Dengan kata lain 2 ekor paus, 1 ekor dugong, 3 ekor hiu paus, 1 ekor pari manta, 2 ekor Lumba-lumba, dan 4 ekor penyu.
Untuk di wilayah Perairan NTB ada 1 ekor dugong, 4 ekor lumba-lumba, 2 ekor paus, dan 1 ekor penyu yang mati terdampar. Kemudian, untuk di wilayah Perairan NTT tercatat 1 ekor dugong, 1 ekor Lumba-lumba, 20 ekor paus, dan 21 ekor penyu.
Dzulfikar menyampaikan, untuk Dalang kematian biota laut itu di 2024 pihaknya belum bisa menyimpulkan, karena tidak sempat melakukan nekropsi karena keterbatasan biaya dan lain-lainnya.
“Kalau di 2024 kita tidak sempat nekropsi. Biasanya dulu kita beberapa kali melakukan nekropsi dengan FK (Fakultas Kedokteran) Unair, cuman 2024 sepertinya kita tidak sempat melakukan nekropsi karena keterbatasan biaya dan waktu dan sebagainya. Kita tidak berani menyimpulkan penyebabnya seperti apa. Apa karena (sampah) plastik atau macam lainnya dari biota tadi,” imbuhnya.
Sementara, biota laut yang mati terdampar dari berbagai jenis seperti ada Lumba-lumba pemintal, hidung botol dan lalu ada paus kerdil, paus pilot, dan paus sperma.
Kemudian, untuk jenis penyu itu ada penyu hijau dan penyu lekang dan lain-lainnya yang mati.
Kendati belum bisa menyimpulkan Dalang pastinya Sebanyaknya biota laut itu mati terdampar. Justru menurutnya pernah teman-teman dari Fakultas Unair menangani terkait mamalia yang mati terdampar di Perairan daerah Jabar diantar tahun 2022.
Setelah ditelusuri, di sekitar laut di sana ada kegiatan aktivitas kapal laut dengan penggunaan gelombang sonar dan itu menyebabkan mamalia laut rentan disorientasi atau merasa kebingungan dan tidak mampu mengenali tempat dan situasinya sehingga kemungkinan terdampar.
“Penggunaan sonar ini menyebabkan rentan mengganggu disorientasi. Biasanya mereka bergerombol ketika pimpinannya terdampak sonar Pada intinya minggir (ke tepi) yang di belakangnya Bahkan ikut minggir dan ikut terdampar. Menurut para ahli sonar itu berpengaruh,” jelas Dzulfikar.
Terlebih lagi, sambungnya, Bahkan bisa karena adanya gempa bumi di laut dan biota mamalia Bahkan mengalami disorientasi dan Pada intinya terdampar.
“Paus, Lumba-lumba, dugong itu mamalia Bahkan. Jadi tidak jauh berbeda mereka Akan segera mengalami disorientasi Bila ada semacam sonar atau Bahkan gempa dalam bumi di bawa laut meraka Akan segera terjadi disorientasi, seperti itu,” ujar Dzulfikar.
Terlebih lagi, Bahkan karena faktor kecelakaan seperti yang sempat terjadi di daerah Kabupaten Buleleng, Bali, ada lumba-lumba yang terkena baling-baling kapal Sampai sekarang terluka dan lainnya sebagainya.
“Lumba-lumba ini biasanya ketemu di Bali bagian Utara daerah sekitar Lovina, Buleleng di sana memang ada satu dan dua ada luka di bagian luar dugaan sementara karena terkena baling-baling kapal dan lain sebagainya,” ujarnya.
Secara keseluruhan wilayah kerja BPSPL Denpasar mencakup perairan Jatim, Bali, NTB, dan NTT.
(kdf/kid)
[Gambas:Video CNN]
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA